Sabtu, 27 Juni 2009

Termodinamika dan Potret Pemuda Saat Ini

Termodinamika dan Potret Pemuda Saat Ini

Oleh: Novianti Islahiah

Selintas, jika kita mendengar kata termodinamika, di benak kita langsung tergambar ilmu kimia dan fisika dengan segudang rumus-rumus yang mampu membuat mumet kepala. Ternyata di balik kemumetan rumus tersebut, ada sebuah fenomena menarik antara hukum tersebut dengan gambaran nyata dalam kehidupan kita. Hal ini berkaitan dengan hukum ke dua termodinamika yang intinya mengatakan bahwasanya entropi alam semesta ini cenderung meningkat.
Sebagian orang yang mungkin belum pernah mendengar kata entropi ini bingung. Sebenarnya entropi sendiri itu apa?
Entropi dapat kita artikan sebagai tingkat ketidakteraturan atau tingkat kekacauan suatu hal. Bila kita kaji lebih dalam, pernyataan mengenai ketidakteraturan yang cenderung meningkat ini sebanding dengan kekacauan para pemuda saat ini.
Pemuda, sebuah kata yang sering kita dengar. Karena tak dinafikan, kemerdekaan Negara Indonesia tidak lepas dari peranannya. Sebuah perjuangan yang terukir jelas, yang tak bisa dipungkiri sejak revolusi didengungkan hingga detik kehidupan saat ini. Perjuangan yang menimbulkan suatu perubahan. Perubahan yang mungkin berorientasi pada kemajuan masa depan atau untuk suatu kebangkitan yang fundamental, layaknya singa yang baru bangun dari tidur.
Bila kita ibaratkan, pemuda adalah sebuah pohon yang lengkap mulai dari akar, batang, daun maupun buahnya. Di mana semua bagian-bagiannya itu benar-benar harus dioptimalkan sehingga mampu menghasilkan produk yang unggul, mampu diunggulkan untuk menghasilkan sesuatu kebanggaan. Pemuda itu orang yang memang sangat dibutuhkan. Tenaganya yang masih sangat kuat, diharapkan mampu mengubah negeri kelam menuju mentari yang cerah. Pemikirannya yang masih segar mampu memunculkan ide dan inovasi yang luar biasa cemerlang.
Hanya saja peranan pemuda itu seperti terselimuti dengan fakta-fakta yang terjadi di masa kini. Oknum-oknum yang tergolong masih belia ini berkedok muka manis dengan melakukan serangkaian kegiatan yang mencoreng nama pemuda sendiri. Penjambretan, penganiayaan, pemerkosaan, bahkan sampai berani memutilasi. Gilanya, mereka masih tenang dan merasa tidak bersalah. Mereka hanya berkata,”Gaul, Man.” Bahkan ada yang berkata, “Lu jadul kalau lu gak ikutan kayak kita.” Na’udzubillahimindzalik.
Banyak pergeseran nilai terjadi. Generasi muda terpengaruh film-film porno, adegan kekerasan, sinetron kacangan, sampai film hantu siluman. Semula nilai pemuda sebagai estafet penerus bangsa, malah menjadi seorang bandit sampah masyarakat. Ironis, sangat kontras dengan harapan yang terpupuk pada pemuda umumnya.
Jelaslah bahwa hukum termodinamika ini bukan hanya untuk menggambarkan keadaan zat. Tapi para pemuda pun memiliki kecenderungan entropi untuk terus meningkat ini. Kekacauan yang semakin meningkat, yang merupakan salah satu tanda semakin dekatnya hari kiamat.
Ada sebuah kisah menarik yang terjadi di salah satu universitas di Bandung. Seorang pemuda yang notabene harus mampu menjalankan peranannya, malah mengingkari kodratnya. Sebut saja homoseks. Gilanya mereka hanya berdalih, itu adalah takdir. Dan luar biasa gila, cita-cita terbesarnya adalah ingin datang ke pesta homo terbesar yang sering diadakan rutin setahun sekali. Cita-cita mulia yang seharusnya untuk pengabdian agama, bangsa dan negara pun pupus oleh cita-cita yang aneh bin error.
Lalu bagaimana kita seharusnya sebagai pemuda masa kini?
Pemuda masa kini bukanlah pemuda yang terlebur karena berbaur. Tapi mereka mampu menjadi pemain yang diandalkan dalam setiap kegiatan. Renungi bagaimana kisah para ashabul kahfi. Pereka sosok pemuda yang luar biasa. Bagaimana kita mengkaji pengabdian Ali bin Abi Thalib. Keikhlasan, keberanian, dan yang luar biasa ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya. Dan masih banyak kisah yang lainnya. Potret pemuda saat ini berbanding terbalik dengan kisah pemuda zaman Rasulullah saw. Pemuda saat ini lemah, melankolis, mudah menyerah, materialis, hedonis, tidak kreatif, individualis, dan masih banyak sifat-sifat yang lainnya.
Namun, tak dapat dipungkiri tidak semua pemuda saat ini seperti itu. Masih ada pemuda yang konsisten dan istiqamah dalam beribadah dan muamalah. Pemuda ini dapat kita identikkan dengan hukum ke tiga termodinamika. Bahwa zat murni entropinya adalah nol. Yang artinya tingkat kekacauannya itu cenderung tidak ada. Jiwanya stabil, keadaan ini disebut fitrah. Keadaan orang yang terlahir dengan keadaan suci.
Dari hukum termodinamika tersebut, ternyata ada segudang ibrah yang bisa kita kaji. Lalu ingin mengikuti hokum termodinamika manakah kita? Termodinamika dua atau tiga? Itu kembali kepada pribadi masing-masing. Inginkah kita menjadi pemuda andalan, ataukah jadi pemuda yang dibenci orang? Wallahua’lam Bisshawaab.